Kembang Turi
Penulis : Budhi Sardjono
Penerbit : Diva Press
Tahun terbit : 2011
Tempat terbit : Yogyakarta
Tebal : 308 hlm.
Ringkasan cerita :
Novel
yang berlatar daerah Gunung Kidul ini menceritakan tentang dua anak kecil yang harus
berjuang bertahan hidup sendiri karena kedua orang tuanya telah meninggal. Sang
Ayah yang menjadi seorang kacung lurah yang keji, dibunuh oleh orang suruhan
lurah tersebut karena takut kekejiannya akan dibeberkan. Sang Ibu yang tengah
sakit-sakitan kaget dengan berita tersebut akhirnya menyusul sang Ayah kembali
pada Yang Maha Kuasa. Sebelum Ibunya meninggal, beliau berpesan kepada Marni,
anak perempuan sekaligus sang Kakak, supaya menjaga Dirman adiknya. Beliau juga
berkata bahwa mereka harus meninggalkan kampung tersebut karena rumah mereka
telah disita.
Setelah merawat jenazah ibunya, di
pagi yang buta mereka meninggalkan dusun tersebut tanpa tahu ke mana tujuan
mereka. Di tengah jalan, mereka bertemu dengan seorang Ibu-ibu yang bersedia
merawat mereka. Ibu itu membawa mereka ke pasar dengan alasan akan membelikan
baju baru untuk mereka. Namun, tak sebaik tutur katanya, Ibu itu justru
memisahkan mereka.
Dari
situlah awal mula perjuangan hidup mereka. Marni yang tumbuh menjadi gadis yang
ayu bertubuh indah akhirnya dijadikan pelacur oleh ibu yang memisahkan mereka
itu yang ternyata seorang germo. Dirman terdampar di sebuah kota kecil dan
kahirnya dirawat baik oleh seorang pelacur di sebuah tempat lokalisasi. Namun
naas, yang merawat itu ternyata meninggal ketika ia kembali ke kampung halama.
Lalu Dirman bekerja di tempat seorang germo.
Waktu
begitu cepat berlalu. Akhirnya mereka sama-sama dewasa. Marni yang terlanjur
masuk ke dunia hitam, memilih menjadi seorang germo di daerah Semarang.
Sementara Dirman menjadi seorang supir. Waktu yang memisahkan mereka, waktu
pula yang mempertemukan mereka kembali. Mereka akhirnya bertemu di Semarang dan
sepakat untuk membeli kembali tanah yang telah dijarah oleh lurah mereka saat
mereka masih kecil.
Mereka
menemui sang Lurah yang kini sudah tua renta. Mereka membeli tanah mereka lagi
dari sang lurah keji tersebut. Akhirnya mereka pun bisa memiliki tanah mereka
kembali dan bertemu lagi dengan leluhurnya.
Pesan moral :
Setiap
perbuatan pasti akan ada konsekuensinya. Memang banyak yang beranggapan yang
kuat lah yang berkuasa. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa yang lemah tidak
bisa menjadi penguasa. Karena meskipun lemah, jika kita gigih kita akan kuat
dengan sendirinya. Satu pesan yang paling mencolok yang bisa ditangkap yaitu
bahwa ketamakan seseorang pada akhirnya justru akan membawa kesengsaraan. Karena
setiap apapun yang kita perbuat, pasti suatu saat nanti akan ada balasannya.
Komentar
:
Buku
ini dikemas dengan bahasa yang lugas sehingga mudah dipahami olehh pembaca. Ceritanya
pun mudah dicerna karena cerita yang diangkat adalah cerita yang memang sering
terjadi di masyarakat. Hanya saja cerita ini hanya bisa dinikmati oleh kalangan
dewasa karena kata-katanya yang sedikit vulgar.
tautan:
indivamediakreasi.com

No comments:
Post a Comment